Sejarah Candi Borobudur: Mahakarya Peradaban Nusantara
Candi Borobudur, sebuah struktur megah yang menjulang di tengah lanskap hijau Magelang, Jawa Tengah, bukan sekadar monumen batu. Ia adalah saksi bisu kejayaan peradaban Nusantara di masa lampau, sebuah mahakarya arsitektur Buddhis terbesar di dunia, dan simbol keharmonisan spiritual yang tak lekang oleh waktu. Memahami sejarah Borobudur membawa kita pada perjalanan menelusuri masa lalu yang kaya akan kekayaan budaya, agama, dan teknologi.
Zona 1 : Kamadhatu
Ini adalah bagian paling bawah dari candi, yang melambangkan alam duniawi tempat manusia masih terikat pada nafsu dan keinginan. Pada bagian ini, terdapat relief-relief yang menggambarkan hukum karma dan akibat dari perbuatan baik maupun buruk. Namun, sebagian besar relief di Kamadhatu ini tertutup oleh timbunan batu tambahan (sering disebut “anda”) yang diduga berfungsi sebagai penopang struktur candi atau untuk tujuan ritual tertentu.
Zona 2 : Rupadhatu
Bagian tengah Candi Borobudur ini melambangkan dunia di mana manusia telah membebaskan diri dari nafsu duniawi, tetapi masih terikat pada bentuk dan wujud. Di sinilah terdapat galeri-galeri panjang dengan ribuan relief yang terpahat indah. Relief-relief ini menceritakan kisah-kisah kehidupan Buddha Gautama, ajaran-ajaran Buddha, dan berbagai kisah moral yang menginspirasi. Pengunjung akan melakukan pradaksina (berjalan searah jarum jam) sambil merenungkan makna dari setiap panel relief.
Zona 3 : Arupadhatu
Ini adalah bagian teratas Candi Borobudur, yang melambangkan dunia spiritual tertinggi, tempat kebebasan sempurna dari segala bentuk dan nafsu, menuju pencerahan atau Nirwana. Bagian ini terdiri dari tiga teras melingkar yang dihiasi dengan stupa-stupa berlubang (berongga) berisi arca Buddha. Puncaknya adalah satu stupa induk terbesar yang melambangkan Nirwana itu sendiri. Di alam ini, tidak ada lagi bentuk fisik atau materi, hanya kesempurnaan spiritual.